Pembelajaran tatap muka sudah di depan mata ada baik nya kita semua bersiap sempurna
Satu tahun empat bulan. Itulah jumlah hari sejak pengumuman bahwa sekolah-sekolah di Jawa akan diliburkan karena virus Covid-19 mulai melanda di negeri kita. Masih ingatkah di mana atau sedang apa saat berita tersebut keluar? Sangatlah banyak hal yang berubah sejak tanggal 14 Maret 2020. Banyak yang datang tetapi juga banyak yang pergi.
Boleh jadi banyak juga hal-hal yang bisa terjadi jika sang virus tidak pernah menjumpai bumi. Namun kabar baik, tingkat vaksinasi di Tanah Air meningkat sedikit demi sedikit, yang berarti kita semua bisa mulai berharap datangnya hari saat keadaan kembali seperti semula. Tentu saja keadaan pendidikan di Indonesia bukan menjadi pengecualian. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Indonesia termasuk ke dalam 15% negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik yang belum membuka sekolah-sekolahannya.
Walau hal itu juga didasari oleh alasan-alasan tertentu, tetapi melihat dampak dari pembelajaran jarak jauh yang sudah membuat jenuh sebagian besar murid-murid di Indonesia, kembali kepada pembelajaran secara tatap muka merupakan sesuatu yang sudah ditunggu-tunggu. Setidaknya, pembelajaran tatap muka yang terbatas dilakukan secara bertahap.
Namun apa saja yang bisa diekspektasikan sebelum pembelajaran tatap muka dimulai secara resmi, walaupun dengan batasan-batasan yang berlaku? Melihat dari praktek-praktek pembelajaran tatap muka di tengah pandemi yang dilakukan pada negara luar, hal ini bisa berbeda-beda tergantung dengan kebijakan negara masing-masing.
Di Australia, bercerita seorang ibu mengenai sekolah anaknya yang buka dan tutup tergantung keadaan di area sekolahnya. Sedangkan di Amerika, yang sekolahannya sudah dibuka sejak Januari lalu, orang tua dapat memilih opsi jika mereka ingin anaknya melanjutkan sekolah tatap muka atau daring.
Tentunya jika ingin sekolah secara tatap muka, wajib menggunakan masker selama pembelajaran berlangsung. Bagaimana dengan Indonesia sendiri? Pemerintahan Indonesia tentunya sudah mengungkapkan beberapa rencana agar proses pembelajaran tatap muka bisa dimulai. Sebagaimana yang kita ketahui, selama pandemi wilayah-wilayah Indonesia terbagi menjadi beberapa zona berdasarkan jumlah kasus aktif Covid-19 di wilayah tersebut. Bagi yang berada di zona merah, pemebelajaran tatap muka sayangnya belum dianjurkan untuk dilakukan. Tetapi bagi zona lain, pembelajaran tatap muka sudah dapat dilaksanakan dengan adanya pengawasan ketat dan perencanaan pasti.
Selain itu, salah satu solusi untuk mengurangi ketidakefektifan pembelajaran daring adalah hybrid learning. Hyrbrid learning dapat disimpulkan sebagai salah satu pola belajar yang menggabungkan antara pembelajaran secara langsung dan online. Pada metode ini, kegiatan belajar akan mengikuti sistem rotasi, yang berarti tidak seluruh siswa dan siswi akan datang ke sekolah secara serentak. Tak hanya efektif sebagai sistem pembelajaran, namun dengan hybrid learning pembatasan sosial akan tetap berjalan. Hybrid learning dapat dilaksanakan dengan beberapa tahap, di anataranya manajemen sarana pembelajaran, penyusunan jadwal pembelajaran, serta pelaksanaan hybrid learning itu sendiri.
Dalam dunia pendidikan, sangatlah jelas bahwa peran seorang guru juga merupakan sebuah faktor yang penting dalam berjalannya kegiatan belajar, termasuk pembelajaran daring seperti yang dilakukan oleh mayoritas murid di Indonesia sekarang. Secara tidak langsung, pandemi ini mengembangkan peran seorang guru yang sebelumnya mengajar, sekarang mereka mendapat tantangan untuk mencari metode mengajar yang efektif sekaligus inovatif di tengah pembelajaran daring di mana para murid cenderung akan merasa jenuh terhadap aktivitas kesehariannya. Setelah guru, orang tua juga memiliki peran penting dalam pendidikan anaknya. Orang tua di tengah pembelajaran daring memiliki peran sebagai motivator, di mana orang tua harus mendorong dan mengarahkan anak agar dapat melaksanakan pendidikannya secara ideal.
Selain itu, orang tua berupa guru pertama seorang anak berarti mereka harus menjadi role model baik untuk anak serta mengajarkannya apa yang dianggap baik dan buruk. Namun yang tidak kalah penting agar berjalannya kegiatan di tengah pandemi adalah kerja sama. Kembali ke sekolah merupakan sesuatu yang harus diatur dan dipersiapkan secara matang. Apapun keputusan itu juga, harus sesuai apa yang dikatakan oleh ahli kesehatan tentang apa yang harus atau tidak boleh dilakukan. Untuk sekarang, dari kitalah yang harus memulai menanam kebudayaan sehat yang tidak hanya akan bermanfaat bagi lingkungan sekitar tetapi juga sebagai pembentuk karakter untuk masing-masing kita.
Alfayya
XI IPS 4